Senin, 18 Juni 2012

Cerita Anak, Kelelawar Yang Pengecut


Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang ajar", kata singa.

Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.

"Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan disisakan!" kata Singa.

Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung.

Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.

Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,

"Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu".

Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.

Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan batu dan kacang-kacangan.

"Awas hujan batu," teriak para binatang kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang.

"Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian".

Elang menerima kelelawar dengan senang hati.

Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.

Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung. Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan.

Merekapun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.

Sumber : http://www.e-smartschool.com

Rabu, 06 Juni 2012

Cerita Anak, Si Kancil, Seruling Ajaib

Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu.
"Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan bambu, sejuk dan begitu damai," kata kancil dalam hati.

Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu.
"Tolong! Tolong!" teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudahmudahan ada binatang lain yang menolongnya.

Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung.

"Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati.

Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit- derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin.

"Suara apa ya itu?" kata harimau
"Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja," ujar si harimau.

Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu.

"Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia", ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk.

Kancil sangat ketakutan.
"Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat?", pikir si kancil.

"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu."

"Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si harimau.

Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet....kriet...

"Suara apa itu?", Tanya Harimau penasaran.

"Itu suara seruling ajaibku," jawab kancil dengan cepat.
Otaknya yang cerdik telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri.
"Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana?" Tanya si kancil.

Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi.

Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius.

"Kok lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau.

"ini baru nada dasar", jawab kancil.
"Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku", kata si kancil.

Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu.

"Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan", Kancil menerangkan dengan serius.

"Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho."

"Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib," kata kancil dalam hati.

Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil.

"Kau mau pergi kemana, Cil?", Tanya harimau.

"Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling," jawab si kancil.

"Masa aku harus belajar sendiri?", tanya harimau lagi.

"Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.

Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang.
Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit.

"Hore aku bisa!", seru harimau bersemangat.

Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu.

"Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan.
"Grr, benarbenar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil", kata harimau.

Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..kriet, membuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderitderit.

Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan menyanyi.
Sumber : http://www.e-smartschool.com