Senin, 30 Juli 2012

Si Kancil, Bende Wasiat

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya.
"Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati.
Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena
pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi.
"Benar-benar keterlaluan si harimau !" kata Kancil menahan marah.
"Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok!

Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.

Setelah lama terdiam,
"Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba.
"Tapi kau harus menolongku," lanjut si kancil.
"Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci.

"Tugas penting apa, Cil?" tanya kelinci heran.

" Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana."

"Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci.

"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik".

"Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi."

Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya.

"Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau.

Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada.
"Itu dia si Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan.
"Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.

"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah.

"Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting".

"Tugas penting apa?".

Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya.
"Aku harus menjaga bende wasiat itu."
"Bende wasiat apa sih itu?" Tanya harimau heran.
"Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran.
"Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu."
"Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil.

Setelah agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?", kata si kancil.

Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata bende itu adalah sarang lebah!

Nguuuung…nguuuung…..nguuuung sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau.
"Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai.
Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. "Grr, awas kau Kancil!" teriak Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?". Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.

"Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," kata kancil.
"Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?".
"Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap."

Senin, 18 Juni 2012

Cerita Anak, Kelelawar Yang Pengecut


Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang ajar", kata singa.

Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.

"Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan disisakan!" kata Singa.

Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung.

Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.

Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,

"Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu".

Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.

Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan batu dan kacang-kacangan.

"Awas hujan batu," teriak para binatang kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang.

"Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian".

Elang menerima kelelawar dengan senang hati.

Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.

Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung. Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan.

Merekapun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.

Sumber : http://www.e-smartschool.com

Rabu, 06 Juni 2012

Cerita Anak, Si Kancil, Seruling Ajaib

Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu.
"Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan bambu, sejuk dan begitu damai," kata kancil dalam hati.

Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu.
"Tolong! Tolong!" teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudahmudahan ada binatang lain yang menolongnya.

Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung.

"Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati.

Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit- derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin.

"Suara apa ya itu?" kata harimau
"Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja," ujar si harimau.

Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu.

"Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia", ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk.

Kancil sangat ketakutan.
"Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat?", pikir si kancil.

"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu."

"Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si harimau.

Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet....kriet...

"Suara apa itu?", Tanya Harimau penasaran.

"Itu suara seruling ajaibku," jawab kancil dengan cepat.
Otaknya yang cerdik telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri.
"Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana?" Tanya si kancil.

Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi.

Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius.

"Kok lagunya hanya seperti itu?", Tanya harimau.

"ini baru nada dasar", jawab kancil.
"Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku", kata si kancil.

Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu.

"Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan", Kancil menerangkan dengan serius.

"Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho."

"Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib," kata kancil dalam hati.

Harimau yang telah terjepit di antara batang bambu tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil.

"Kau mau pergi kemana, Cil?", Tanya harimau.

"Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling," jawab si kancil.

"Masa aku harus belajar sendiri?", tanya harimau lagi.

"Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.

Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang.
Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit.

"Hore aku bisa!", seru harimau bersemangat.

Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu.

"Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan.
"Grr, benarbenar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil", kata harimau.

Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..kriet, membuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderitderit.

Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup seruling asli. Membuat para binatang menari dan menyanyi.
Sumber : http://www.e-smartschool.com

Kamis, 31 Mei 2012

Cerita Anak: Keledai Pembawa Garam


Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya.

"Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai.

Di depan sana, tampak sebuah sungai.

"Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira.

Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur!

Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi.

"Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah.

"Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.

Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya.

"Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan.

"Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan.

Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah.

"Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.

Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.

Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali.

Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada di punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.


HIKMAH :
Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan
kerugian bagi kita.

Kamis, 24 Mei 2012

Cerita Anak, Landi Landak


Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya.

Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di badannya.

"Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam," kata Cici dan teman-temannya.

Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih.
"Mengapa mereka tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang pernah tertusuk duriku," gumam Landi.

Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi sungai.
"Ah, andai saja semua duriku ini hilang, aku bisa bebas bermain dengan teman-temanku", kata Landi dalam hati.

Landi merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi teman-temannya.

Ketika sedang asyik dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura.
"Apa yang sedang kau lamunkan, Landi?" sapa kuku mengejutkan.


"Ah, tidak ada," jawab Landi malu.

"Jika kau mempunyai masalah, aku siap mendengarkannya," kata Kuku.

Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu Landi mulai bercerita tentang masalahnya.

"Kau tak perlu khawatir. Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!" kata kuku sambil menjabat tangan Landi.

Betapa girangnya hati Landi. Kini ia mempunyai teman.

"Tempurungmu tampak begitu berat. Apa kau tidak merasa tersiksa?" tanya Landi.

"Oh, sama sekali tidak. Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung ini bisa melindungiku. Jika ada bahaya, aku hanya perlu menarik kaki dan kepalaku ke dalam. Hebat kan? Selain itu aku tak perlu repot mencari tempat tinggal. "Rumahku ini bisa berpindah-pindah sesuai keinginanku", kata Kuku kura-kura sambil mempraktekkan apa yang dikatakannya.

Landi landak merasa terhibur.

Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok berulang tahun. Semua diundang, termasuk Landi Landak.

"Ayo Landi, kau harus datang ke pesta itu," bujuk Kuku kura-kura.

"Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain pasti akan menjauhiku karena takut tertusuk duri," kata Landi dengan sedih.

"Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku akan menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu saja buah apel loh!"

Mendengar kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat menyukai apel. Akhirnya Landi mau juga berangkat bersama Kuku kura-kura.

Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga tercium disetiap sudut ruangan. Ada dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan halaman Sam kodok. Di atasnya tersedia berbagai macam kue dan buah-buahan.

"Lihat! Di dekat meja ada satu tong sirup apel!, kata Landi".

Landi dan Kuku kura-kura memberikan selamat pada Sam kodok. Setelah meniup lilin. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi

"Selamat Ulang Tahun".

Pada saat berdansa, semua yangdiundang menghindar dari Landi landak. Mereka takut tertusuk duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang menemani Landi berdansa.

Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan teriakan Tito. Ia datang sambil berlari ketakutan.

"Awas! Serigala jahat datang! Tolong...! Tolong...! Teriaknya dengan napas tersengal-sengal.

Semua menjadi ketakutan. Mereka berlarian menyelamatkan diri. Karena tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan Landi Landak segera menggulung tubuhnya menjadi seperti bola.

Serigala jahat yang mengejar teman-teman Landi tidak melihat tubuh Landi. Tiba-tiba,

"Brukk, aduhhh..." teriak serigala jahat. Ia tertusuk duri tajam Landi Landak.

Sambil menahan sakit, Serigala jahat langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah Landi dan teman-temannya.

"Hore..! Hore...! Hidup Landi Landak!" semua binatang mengelukan Landi.

Landi menjadi tersipu malu karenanya.

"Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua," sesal Cici Kelinci.

Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi Landak karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi Landak karena telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini, Landi Landak tidak merasa kesepian lagi.

Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan mereka merasa aman jika Landi berada di dekat mereka.

Sabtu, 19 Mei 2012

Cerita Anak: Dongeng Putri Melati Wangi


Di sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama Melati Wangi. Ia seorang putri yang cantik dan pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi. Tetapi sayangnya ia seorang yang sombong dan suka menganggap rendah orang lain. Di rumahnya ia tidak pernah mau jika disuruh menyapu oleh ibunya. Selain itu ia juga tidak mau jika disuruh belajar memasak.

"Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti tanganku kasar dan aku jadi kotor", kata Putri Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan belajar memasak.

Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan seorang pangeran yang bernama Pangeran Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah seorang pangeran yang tampan dan gagah. Ia selalu berburu rusa dan binatang lainnya tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia dipanggil tanduk rusa.

Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di taman. Ia melihat seekor kupu-kupu yang cantik sekali warnanya. Ia ingin menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera terbang. Putri Melati Wangi terus mengejarnya sampai ia tidak sadar sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan, Melati Wangi tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan haripun sudah mulai gelap.

Akhirnya setelah terus berjalan, ia menemukan sebuah gubuk yang biasa digunakan para pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati Wangi tinggal digubuk tersebut. Karena tidak ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan buah-buahan yang ada di hutan itu. Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan compang camping akibat tersangkut duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan mulus kini menjadi hitam dan tergores-gores karena terkena sinar matahari dan duri.

Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran Tanduk Rusa datang sambil memanggul seekor rusa buruannya.

"Hai Tanduk Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan aku pulang," kata Melati Wangi.

"Siapa? Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang cantik dan bersih, sedang engkau mirip seorang pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa.

Ia tidak mengenali lagi Melati Wangi. Karena Melati Wangi terus memohon, akhirnya Pangeran Tanduk Rusa berkata,

" Baiklah, aku akan membawamu ke Kerajaan ku".

Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Melati Wangi di suruh mencuci, menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang kecil dan agak gelap.

"Mengapa nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi.

Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati Wangi bertekad untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil kerjanya sudah mencukupi. Sesampainya di rumahnya, Putri Melati Wangi disambut gembira oleh keluarganya yang mengira Putri Melati Wangi sudah meninggal dunia.

Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri yang rajin. Ia merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama berada di hutan dan di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa.

Akhirnya setahun kemudian Putri Melati Wangi dinikahkan dengan Pangeran Tanduk Rusa. Setelah menikah, Putri Melati Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup berbahagia sampai hari tuanya.

Rabu, 16 Mei 2012

Kera Jadi Raja

Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa lama seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru.

Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul menolak.

"Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang," ujarnya.

"Kalau begitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain.

"Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali."

"Oh! mungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar binatang-binatang lain.

"Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak,

"Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa".

"Tidak mungkin," jawab tupai.

"Coba kalian semua perhatikan aku, aku mirip dengan manusia bukan?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera.

Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisamenyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak".

Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera.

"Tuanku, saya menemukan makanan yang amat lezat, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala.

Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia.

"Tolong! tolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari perangkap.

"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar srigala dan binatang lainnya.

Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa tangkapannya ke rumah.

HIKMAH :Perlakukanlah teman-teman kita dengan baik, janganlah sombong dan bermalas-malasan. Jika kita sombong dan memperlakukan teman-teman semenamena, nantinya kita akan kehilangan mereka.

Sabtu, 12 Mei 2012

Semut Dan Kepompong

Di suatu hutan yang rindang, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak! terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah.

Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.


Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si semut bergumam,
"Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana".
"Menjadi kepompong memang memalukan!".
"Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau", ejek semut pada kepompong. Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.


Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.

"Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini," keluh semut.
Semakin lama, si semut semakin tenggelam dalam lumpur.
"Tolong! tolong," teriak si semut.


"Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?"

Si semut terheran mendengar suara itu. Ia memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya.

"Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?"

"Yah, aku sadar. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?" kata si semut pada kupu-kupu.

Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap. Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut.

Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu.

"Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?, karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya?"


Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh ang Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.

HIKMAH :Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina, karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.

Sumber : www.e-smartschool.com

Kamis, 10 Mei 2012

Kancil Dan Tikus


Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca rajin dan baik hati. Sedangkan Manggut pemalas dan suka menjahili teman.

Suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya, Manggut menjawab dicuri tikus.

"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca. "Iya, kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.

Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke rumahnya.

"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus. "Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus. "Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata Manggut. "Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!" kata Kanca mengakhiri percakapan.

Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan. Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terperangkap.

Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Manggut.

Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura tenggelam dalam sungai. "Aaa... Manggut, tolong aku...!" teriak tikus. Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.

Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan. Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

***
Oleh : Aishah Rumaysa P.